Cari Blog Ini

Rabu, 10 Maret 2021

HAAAIIII!!!

Btw aku blm kenalin diri hehehe... aku disini nggak pake nama asli ya, aku pake nama khayalan, atau kalian mau bilang nama pena boleh... Namaku Yuki Matsumoto... panggil aja Yuki, Oke?

Disini aku bukan mau update... sorry, keadaan tidak mendukung untuk update, dikarenakan saya bekerja sambil kuliah dan juga banyak tugas dan pekerjaan saya tidak hanya duduk dikantor saja jadi untuk update Misteri Jiwa 1 mungkin akan memakan waktu yang lama (selain itu saya mau jujur bahwa mood saya saat ini sedang menurun dan sedang kehilangan ide).

Selain saya sendiri sedang mengusahakan untuk update di tempat lain dengan cerita lain. Tapi saya akan pastikan bahwa misteri Jiwa 1 ini berlanjut, dan bahkan akan saya usahakan segera menerbitkan Misteri Jiwa 2. Tapi sekali lagi saya mohon maaf karena harus menunggu lama.

Saya sangat menantikan jejak kalian saat mengunjungi laman ini, dengan mengirimkan komentar baik kritik ataupun saran untuk tulisan saya. 1 komentar sangat berguna untuk perkembangan tulisan saya.

Terima kasih. Semoga kalian selalu dalam keadaan sehat dan aman. Sayang kalian semuaaaa~

Sabtu, 05 November 2016

Mistery Jiwa 1


Misteri Jiwa 1
SEMUA ITU BERAWAL DARI PERCAYA


Prolog

Aku mengira bahwa jalan hidupku ini akan tetap mulus seperti yang diharapkan tetapi ternyata tidak. Semua itu tidak mungkin sesuai harapan kita, akan ada saja hal yang membuat kita sadar bahwa dunia ini tak semudah itu untuk dilalui.

            “nee-chan, bangun sudah pagi. Kalau tidak cepat maka kau akan terlambat ke sekolah.” Teriak adikku membangunkan aku. Rasanya berat sekali untuk membuka mata. Rasa lelah masih tertinggal di tubuhku. Tetapi tugas menanti bila aku tidak segera pergi ke sekolah, oleh sebab itu aku bergegas ke sekolah. Aku turun kebawah untuk mengambil bekal makan siangku dan menikmati sarapan pagi. Setelah itu aku berangkat ke sekolah bersama adikku.

            Akademi Yasaboshi itu adalah nama sekolahku. Sekolah ini menurutku agak aneh. Banyak sekali misteri-misteri sampai saat ini masih janggal. Sekolah ini baru berdiri 2 tahun, dan aku masuk di tahun ke-2. Karena aku terlahir dari ayah dan ibu seorang detektif dan anggota kepolisian, sehingga aku sering tertarik pada hal-hal aneh itu karena aku sering melihat bagaimana ayah dan ibuku menyelesaikan kasus seperti itu. Kemampuanku menyelidiki hal-hal itu lebih tajam dibandingkan siapapun di sekolah itu. Terkadang jika misterinya sangatlah penting, aku melibatkan diri untuk ikut didalam misteri itu. Sampai saat ini sudah sekitar 30 misteri yang ku selesaikan sampai aku duduk di bangku kelas 2. Karena sebentar lagi akan memasuki tahun ke-3, aku berniat dalam hati untuk berhenti membantu dan memfokuskan diri terhadap ujian kelulusan nantinya. Tetapi tampaknya harapanku itu tidak menjadi kenyataan seperti yang ku katakan di awal bahwa hidup didunia ini tidak seperti yang diharapkan. Semua ini berawal ketika dia datang kedalam hidupku.

---------------------------------------------------------------------------------

Chapter 1

            “Mia, kau tahu tidak, akan ada anak baru yang masuk ke kelas kita lho... katanya dia tampan. Dia datang dari Tokyo. Dia juga pintar. Bakalan bersaing berat nih... hahahaha” itulah yang dikatakan teman-temanku. Aku memang menyandang status terpintar dikelas itu tetapi dengan sikapku yang akrab pada siapapun, dan terkenal ceria, sehingga aku tidak dikenal sombong karena aku pintar. Tetapi keceriaanku seakan hilang ketika sosok pria yang lumayan tinggi dan tampan masuk kedalam kelas dengan diikuti wali kelasku di belakangnya. Aku merasakan aura dan hal negatif pada dirinya. Raut wajahnya yang terlihat dingin, tanpa senyum sedikitpun menambahkan bukti bahwa dia mungkin bersifat kejam dan berdarah dingin. Tetapi mungkin itu hanya firasatku dan juga harapanku. “nama saya Taichi Makoto, saya dari Tokyo akademi, mohon bantuannya.” Semua tercengang dengan sikap dinginnya. Tetapi mereka tetap bergembira karena mereka terlalu terpesona oleh tampilan wajahnya yang tampan. “saya akan memperkenalkan ketua kelas disini. Silahkan Mia.” ucap Bu Yui. “Terimakasih bu, Mia Miragashi, saya adalah ketua kelas disini. Mohon kerjasamanya.” Aku menunduk hormat. Setelah perkenalan itu kami beraktivitas seperti biasa.

            Bel istirahat pun berbunyi. Tetapi aku meminta waktu sebentar untuk membahas kegiatan kelas. “Mohon perhatiannya sebentar. Sebentar lagi bu Yui akan berulang tahun. Mengapa tidak kita adakan sebuah pesta untuknya? Sekaligus pesta sambutan untuk Taichi, bagaimana?” saranku diterima cukup baik oleh mereka semua. Setelah itu aku mulai membagi beberapa staf untuk acara ulang tahun Bu Yui dan acara sambutan untuk Taichi. Tetapi tiba-tiba saja angin kencang menerpa hingga aku pun terasa seperti terbawa padahal sedang didalam kelas. Ketika sudah berhenti aku merasakan ada hal yang aneh. Tiba-tiba udara diruangan terasa sangat dingin. Pintu dan jendala kelas tertutup. Dan alangkah terkejutnya melihat semua teman sekelasku tak bergerak seperti patung. Aku benar-benar panik hingga rasanya seluruh tubuhku gemetar. Tiba-tiba aku mendengar suara laki-laki tertawa terbahak-bahak. Taichi. Dia satu-satunya temanku disana yang tidak menjadi patung dan sedang menertawaiku. “Tampaknya kau terkejut bukan... aku mengagumimu, oleh karena itu aku datang untuk melihat kemampuanmu dan memberimu tantangan untuk mengungkap sebuah misteri. Kali ini akan aku buat kau mengungkapkannya dengan jaminan teman-temanmu sebagai sanderanya. Kau harus bisa mengungkapkan misteri ini agar dapat menyelamatkan orang yang telah aku gunakan untuk berbicara padamu. Ya benar Taichi. Kalau kau ingin dia baik-baik saja, cepatlah temukan aku dan musnahkanlah aku.” Belum sempat aku bertanya maksud perintahnya, angin kencang kembali menerpa kami dan semua kembali kedalam keadaan semula. Seperti tak terjadi apa-apa, seperti waktu diberhentikan dan memang itu benar. Jarum jam yang tadi berhenti sekarang kembali berdetak. Disaat aku termenung memikirkan perkataan suara itu, Taichi teriak ketakutan. Dia menunjuk sebuah tulisan dipapan tulis tepat dibelakangku berdiri. Tulisannya :

Aku bagai burung yang bisa terbang, tetapi aku juga bagai angin yang tak terlihat tetapi dapat dirasakan
Kalau kau dapat menemukan apa itu, kau akan melewati tahap pertama dan temanmu Taichi akan selamat
SEMOGA BERHASIL DETECTIVE

            Aku semakin penasaran. Tetapi aku juga semakin pusing karena aku harus menjelaskan semuanya termasuk kepada Taichi dan teman-temanku. Aku juga harus memberitahu wali kelasku. Aku berusaha untuk bisa memecahkan kodenya tetapi sulit. Keesokan harinya aku tidak masuk sekolah, begitupula dengan Taichi. “nee-chan, kenapa tak sekolah padahal panas tubuhmu sudah mulai berkurang, belum terlambat untuk berangkat sekarang.” Tanya adikku. “aku masih pusing, Inako. Lagipula kejadian aneh di sekolah membuatku merasa terbebani dan terus kepikiran. Oh ya! Ayah dan Ibu belum pulang juga?” adikku menggeleng. Aku berniat menceritakan hal itu kepada mereka. Tetapi tampaknya tidak mungkin, mereka sudah terbebani dengan pekerjaan mereka jadi tidak mungkin aku menambah beban mereka. Disaat aku melamun memikirkan masalah itu, tiba-tiba “nee-chan ada yang datang, teman-temanmu ingin menjengukmu” teriak adikku. Aku segera menemui mereka dan mengajak mereka ke kamarku. Dan disana juga ada Taichi. “hey, Taichi bukannya kau tidak sekolah?” tanyaku. “tadinya tidak... tetapi aku mulai baikan jadi aku berangkat sekolah.” Ucapnya dengan tersenyum berbeda dengan yang waktu perkenalan didepan kelas itu. “jadi, ada apa?” tanyaku pada mereka. “begini, kita ini kan sahabat, setiap masalah pasti diselesaikan bersama-sama, aku mulai sedikit ada petunjuk. Tetapi kau harus melakukan penyelidikan dengan kami juga.” Ucap Akira. “ya, itu benar,” ucap Kyousuke. “kalian ini, aku melarang kalian ikut, karena aku tidak mau kalian terluka.” Ucapku. “tapi kami tidak bisa biarkan kamu melakukannya sendiri, lagipula kami juga terlibat secara langsung dengan masalah ini, masa kami biarkan kamu bertaruh nyawa seorang diri.” Ucap Taichi. “ iya itu sama sekali tidak adil” ucap Akira dan Kyousuke bersamaan. “baiklah kalau kalian memaksa, terutama kalian berdua, sudah berulang kali ketika berbicara denganku jangan berbarengan dan terlalu bersemangat. Lihatlah situasinya. Lalu Taichi, apakah ini sifat dan dirimu yang sebenarnya? Karena sewaktu perkenalan beberapa waktu yang lalu kau sungguh berbanding terbalik 1800.” Tanyaku pada Taichi. “maaf mungkin suara itu yang telah mengubahku hingga perkenalanku pada kalian tidak menyenangkan. Tetapi ini benar sifatku. Aku berusaha keras agar tetap menjadi sifatku yang seperti ini, tetapi sulit.” Jelas Taichi. “Baiklah, tunjukan petunjuk yang kalian temukan padaku” perintahku. “sebelumnya aku akan bercerita. Tadi pagi ketika kami berdua sampai, baru satu orang yang datang yaitu Taichi, tetapi yang ada dikelas hanyalah tas miliknya. Taichi entah menghilang kemana. Saat kami berdua berbincang-bincang, tiba-tiba siswa kelas sebelah berlari masuk kekelas kita menghampiri kami. Dia memberitahu bahwa Taichi, si murid baru masuk ke daerah terlarang(1). “Kami segera pergi mengecek info itu, dan itu benar. Kami berusaha mencegahnya tetapi kami malah didorong kebelakang dan aku sempat melihat wajah dan mata Taichi saat itu, merah dan penuh amarah aku sungguh ketakutan.” Ucap Akira.
(1) Daerah terlarang adalah daerah yang sering terjadi kejadian aneh dan belum berhasil dipecahkan. Oleh sebab itu Mia menetapkan peraturan untuk 20 tempat disekitar sekolah yang tidak boleh dikunjungi murid yang kurang berpengalaman, apalagi penakut.

            “Lalu kami tetap berusaha dengan mengikutinya dari belakang. Kau tau tentang gudang antik yang sampai sekarang belum terpecahkan misterinya, bahkan oleh dirimu, Mia. Taichi pergi kesana, tetapi dia menutup pintu hingga kami tidak tahu apa yang dilakukan Taichi disana. Saat kami sedang memutuskan untuk masuk atau tidak. Terdengar suara Taichi berteriak. Kami secara spontan segera masuk kedalam gudang itu. Kami melihat dimana-mana banyak sekali darah, berbeda dengan waktu kita terakhir pergi kesana. Barang-barang disana berantakan. Dan kami menemukan sebuah... (dia cukup berat mengatakannya, rasanya seperti ingin muntah, mual.) ini... potongan tubuh manusia....” ucap Kyousuke. “AAA...APPAAA???!!!” aku sungguh terkejut hingga adikku menghampiriku, aku melihat foto tangan yang penuh darah. “ aku benar-benar terkejut, aku sungguh tidak bisa berkata apa-apa. “Apa-apaan semua ini. Tetapi dilihat dari tangannya ini adalah tangan perempuan.” Ucapku terbata-bata. “kira-kira usianya berapa? Apakah dia salah satu orang disekolahmu? Apakah motif kematiannya? Apa perlu melapor ibu dan ayah?” ucap adikku. “Inako!! Sedang apa kau disini kau,....” perkataanku terputus. “ apakah aku tidak boleh membantu? Kakak sudah menyelamatkanku beberapa waktu yang lalu. Dan aku tidak mau melihat kakakku tercinta merasa terbebani. Aku sayang kakak” ucap adikku dengan mata berkaca-kaca hendak menangis. “maafkan aku, bukan itu maksudku, aku hanya tidak ingin kau terlibat. Aku tidak ingin kehilanganmu juga. Kumohon jangan menangis. Baiklah kau boleh membantu.” Aku menghapus air matanya, lalu dia tersenyum. Semua terharu melihat sikapku terhadap adikku yang begitu menyentuh. “sekarang lebih baik kalian pulang dan aku harap kalian bisa melupakan untuk sementara kejadian hari ini. Terutama Taichi. Aku akan mengurusnya. Aku juga akan meminta bantuan ayah dan ibuku. Aku juga akan mulai menyelidiki besok, lagi pula besok aku harus tetap masuk karena aku dipanggil oleh bu Yui. Kita ketemu besok di perempatan. Kita akan ke sekolah sama-sama, Taichi kamu mampir kemari dulu. Sekarang kau dalam pengawasanku.” Perintahku disambut baik oleh mereka semua. Mereka akhirnya pulang.

---------------------------------------------------------------------------------
Chapter 2

            Aku dan adikku menyiapkan makan malam sambil berdebat tentang “Misteri Rasukan Iblis” itulah kata adikku. Tetapi ada yang aneh, karena aku sama sekali tidak percaya hal seperti itu ada. Tetapi kalau kasus ini adalah benar ulah Iblis maka aku akan percaya. “Oni-chan, ayah dan ibu akan pulang malam ini.” Ucap adikku. “ tetapi, apakah baik jika aku memberitahukan masalah ini pada mereka. Mereka telah lelah dengan pekerjaan mereka. Aku harusnya bisa melakukannya sendiri.” Baru saja selesai berkata seperti itu, tiba-tiba ayah dan ibuku pulang. “ apa yang membuatmu risau nak, hingga kau berlagak seperti orang bijak” ejek ayahku. “Ayah, ibu... ehm... selamat datang. Lama tak berjumpa.” Sapaku pada mereka. “ya tampaknya lama sekali aku tidak melihat bidadari-bidadariku ini, sayang maafkan kami ya.” Ucap ibuku. “tidak kok.” Ucapku. Kami makan malam bersama. Tertawa seperti biasa. Aku hendak membahas masalahku tetapi rasanya berat. Mereka yang sudah bekerja berminggu-minggu hingga rela tidak pulang menemui anak-anaknya. Ketika sampai dirumah mereka ingin bersantai, malah mendapat masalah baru. “aku benar-benar anak yang durhaka” tanpa sadar aku mengucapkan kalimat itu, hingga semuanya berhenti makan. Aku benar-benar menyesal. Kenapa aku mengucapkan hal itu. “apa yang terjadi, Mia. Kau itu anak yang baik kok. Kau bahkan sudah bisa menjadi ibu bagi Inako. Malahan kami yang merasa berdosa karena tidak bisa menjaga dan mendidik kalian berdua.” Ucap ibuku sambil memelukku. “apa yang terjadi, Mia. Tampaknya kau sedang banyak pikiran.” Tanya ayahku. “ah tidak kok... biasa aku hanya pusing tentang pelajaran.” Aku berbohong. Aku tidak ingin menyakiti hati mereka berdua. “ oni-chan berbohong. Dia dan teman-temannya sedang menghadapi masalah yang benar-benar berbahaya.” Adikku benar-benar membuatku merasa terpojok. Ibu dan ayahku melihat kearahku seperti merasa bersalah. Mungkin merasa karena jarangnya mereka bertemu dengan anak-anaknya hingga anak-anaknya berusaha menutupi masalahnya agar saat bertemu hanya kebahagiaan yang terjadi bukan kegelisahan. “Mia jika kau punya masalah katakanlah. Jangan kau sembunyikan, siapa tahu kami bisa membantu. Walaupun kami jarang pulang tetapi kau bisa menelpon kami. Kapanpun kamu butuh bantuan bilang saja. Jika seperti ini maka kami merasa gagal menjadi orang tua. Kumohon Mia katakanlah.” Ibuku meneteskan air matanya dan memelukku membuat aku tidak berdaya aku melihat wajah ayaku yang kesal pada dirinya sendiri. “baiklah ibu akan aku katakan pada kalian berdua tapi tidak sekarang. Aku mau menikmati makan malam ini dulu.” Ucapku. Dan mereka membalas dengan anggukan. Diruang keluarga aku mulai mengataknnya. “Kalian tahu bahwa aku disekolah sudah bagai detektif disana. Banyak misteri disekolah itu dan baru sedikit yang bisa ku pecahkan. Lagipula aku sudah naik ke kelas 3. Aku berusaha memfokuskan diri terhadap ujian kelulusanku 7 bulan lagi. Bahkan aku meminta cuti izin untuk siswa kelas 3 kepada pembimbing ekskul Tim Penyelidik Misteri (disingkat TPM). Tetapi angan-anganku semua itu gagal, ketika teman baruku yang bernama Taichi datang. Tak lama dia datang hal aneh mulai terjadi. Aku dan Inako menyebutnya suara rasukan iblis itu menantangku bermain misteri dengan taruhannya nyawa temanku yang dirasukinya. Yang menjadi sasaran pertama adalah si anak baru yaitu Taichi. Tetapi tampaknya setelah kasus Taichi nanti selesai masih akan ada lagi kasus lainnya. Dan taruhannya pasti teman-temanku. Aku sunguh benar-benar kebingungan. Dan untuk pertama kali aku ketakuan untuk menyelidiki sebuah kasus. Hingga aku kemarin dan hari ini jatuh sakit.” Jelasku. Ibuku cukup terkejut. Ayahku merasa aneh. “apakah ada petunjuk?” tanya ayahku. “ ada ini dia” aku mengeluarkan foto dan secarik kertas. “tulisan ini waktu ditemukan, terdapat dipapan tulis kelas dengan tinta spidol merah, tulisan indah seperti milik perempuan, aku memfoto tulisannya dihandphoneku, tetapi aku mencoba tulisannya hampir mirip dengan tulisanku seperti biasa tetapi hanya berbeda pada huruf e dan i. Aku mencari referensi tulisan itu dari mana-mana tetapi tidak ditemukan, dan baru kemarin malam aku menemukannya. Untuk huruf "e" bentuk tulisannya sama persis tulisan milik ibu. Lalu untuk huruf "i" sama persis tulisan milik ayah. Aku semakin pusing. Apakah mungkin musuh ayah dan ibu datang kesekolahku untuk menantangku bermain detektif-detektifan, sungguh ke kanak-kanakan sekali. Disaat aku masih bimbang karen penemuanku, aku menemukan bukti baru, yaitu foto ini. Ini ditemukan oleh temanku Akira dan Kyousuke. Mereka menemukan ketika mengikuti Taichi yang bertingkah aneh karena dirasuki suara itu. Mereka masuk kedalam area yang telah kularang untuk seluruh siswa sekolahku sampai kapanpun juga kecuali aku sudah mengungkap misteri itu. Walau padahal pemandangan diarea itu lebih bagus dari manapun tetapi demi keselamatan bersama, aku melarangnya. Lalu mreka masuk kedalam gudang antik dan menemukan potongan tangan manusia seperti yang digambar. Tangan milik perempuan. Jika kita kaitkan tangan dengan bentuk tulisan ini kita sudah menemukan potongan puzzel yang cocok, tinggal mencari bukti lain lagi. Yaitu apa hubungan keluargaku dengan tulisan ini. Lalu siapa perempuan ini? Kapan kematiannya? Kenapa baru sekarang ditemukannya? Apa hubungan sekolah dan keluargaku? Saat ini misteri itu belum terpecahkan.” Ucapku dengan panjang lebar. Ibu dan ayahku tampak cukup terkesan dengan ceritaku. “kau memang jenius, Mia. Kau bahkan udah layak menjadi detektif seperti ibumu. Penglihatan dan pemikiranmu setara dengan ibumu. Kau sudah tahu pa yang harus dilakukan dan dicari. Lalu apa yang kau risaukan” tanya ayahku. Dan dengan lantang aku menjawab “ kegagalan... aku takut gagal karena kalau gagal maka nyawa teman-temanku...” aku semakin ketakukan memikirkannya hingga tanpa sadar tubuh gemetar cukup kencang dan aku tak bisa mungasai emosi dalam tubuhku. Aku berteriak sangat kencang dan akupun menangis. Aku langsung dipeluk erat-erat oleh ayahku. Ibu dan adikku mencoba menenangkanku, lalu aku pingsan tak sadarkan diri. Keesokan paginya aku terbangun pukul 4 pagi. Aku beranjak dari tempat tidur, mencoba mengingat kejadian semalam. Aku turun dari kamar dan melihat ruang kerja ayah dan ibuku masih menyala lampunya. Itu pertanda kalau mereka belum tidur sama sekali. Aku semakin frustasi. Aku merasa bersalah. Aku mengintip kulihat mereka seperti berdebat dan berpikir keras. Disana juga terdapat adikku yang tampaknya tertidur pulas setelah membantu berpikir. “Maafkan aku membuat kalian jadi begini aku menyesal. Seharusnya aku melakukan ini sendiri, tetapi... AKU MEMANG BODOH... AKU TIDAK PUNYA PERASAAN... AKU TELAH BERDOSA... AKU ANAK DURHAKA...” rasanya kata-kata itu ingin kuteriakkan pada dunia agar tahu bahwa aku menderita. Aku menangis dikamar tak ada yang bisa ku lakukan untuk membuat mereka bahagia.

            Pukul 6 pagi aku mulai menyiapkan sarapan pagi dan bekal makan siang untuk ayah, ibu, Inako dan aku sendiri. “Selamat pagi kak, bagaimana keadaanmu sudah membaik?” tanya Inako. “ya, lumayan. Terimakasih Inako sayang, maaf aku membuatmu khawatir ya? Maaf” ucapku. “tidak kok.” Ucap adikku. Kami sarapan bersama. Ibuku bertanya keadaanku. Dia juga berusaha untuk membuatku lupa tentang masalah itu tetapi tetap saja aku ingat. Saat kami bersiap menaiki mobil, sebelumnya aku melihat kotak surat terlebih dahulu. Disana terdapat surat dengan pita hitam. Aku mengeluarkan surat itu dan membacanya. Saat membacanya aku mulai gemetar. Ibuku bertanya apa isi suratnya. Aku memberikan suratnya. Lalu aku diberitahukan untuk berhati-hati, bahkan jika butuh bantuan ayah dan ibuku akan terjun langsung. Tetapi aku berusaha meyakinkan mereka bahwa aku pasti bisa melakukannya. Sesampainya disekolah aku tidak bertemu teman-temanku. Taichi juga tidak datang ke rumahku. Aku penasaran sebenarnya apa yang terjadi. Aku segera pergi keruangan bu Yui. Dia disana sedang menangis ketakutan. Aku bertanya padanya tetapi dia sulit menjawab saking ketakutannya. Aku segera berlari melihat ramai-ramai orang berkumpul dibekas aula lama yang sekarang sudah tak terpakai lagi. Disana banyak siswi yang pingsan, menangis, mual, dan lain-lain. Aku brusaha mendekat tetapi tidak bisa, sehingga aku berteriak. “Apa yang sebenarnya sedang terjadi disini?!” setelah aku berteriak, semua orang seperti memberi jalan padaku. Aku memang sudah terkenal diseluruh sekolah, hingga tak heran ketika aku berteriak semua memberiku jalan ke masalah utama. Saat aku berjalan perlahan kedepan, kulihat Akira, Kyousuke, dan Taichi sudah ada disana. Disana juga terdapat polisi, tim investigasi dan detective. Ya lebih tepatnya, terdapat ayah dan ibuku. Semua yang hadir melihat kearahku termasuk mereka berdua ketika aku berteriak. Aku menghampiri mereka. “apa yang terjadi disini?” tanyaku. “Mia, ku mohon jangan ikut campur untuk masalah ini”. Ucap ibuku. Ayahku hanya diam dan mengangguk lemah. “apa yang dikatakan polisi benar, lebih baik kau suruh mereka semua kembali kekelas masing-masing. Laksanakanlah tugasmu sebagai ketua OSIS diakhir jabatanmu ini.” Ucap kepala sekolahku. “YA... memang benar aku ketua OSIS disini, juga seorang siswa. Tak berhak ikut campur dalam masalah ini. Aku akan meyuruh mereka semua kembali, tetapi sebelumnya ada yang mau aku katakan pada Kepala Polisi Yasaboshi dan detective terkenal di Jepang ini. Kalian berdua menyuruhku untuk tidak ikut campur? Lalu bagaimana jika kasus ini ada hubungannya dengan kasus yang terjadi dikelasku? Lalu kalau aku membiarkan kalian menyelidikinya dan aku tidak mempunyai bukti untuk mengungkap siapa pemilik suara, tulisan dan tangan itu, bagaimana nasib temanku Taichi? Bagaimana nasib seluruh teman-teman sekelasku? Bagaimana nasib bu Yui? Bagaimana nasib Inako? APAKAH KALIAN PERNAH BERPIKIR BAGAIMANA NASIB NYAWA ORANG YANG SEDANG TERANCAM? APAKAH KALIAN RELA MEMBUNUH BEBERAPA ORANG DEMI TERWUJUDNYA KEBENARAN DALAM KASUS LAINNYA?” aku benar-benar kesal untuk pertama kalinya pada orang tuaku. “Masalahnya ini lebih penting, lagipula ini sudah peraturannya untuk siswa yang masih duduk disekolah terkecuai universitas dilarang untuk mengetahui kasus yang sangat berbahaya da...” ucapan ayahku, kuputuskan dengan tiba-tiba. “ jadi kalian mementingkan peraturan dibandingkan nyawa manusia? Aku benar-benar kecewa pada kalian.” Aku berlari meninggalkan tempat itu sambil menangis. Tak pernah terbayangkan olehku kalau mereka akan sekejam itu. Aku pergi menyendiri dibawah pohon sakura yang sedang mekar. Aku menangis, aku takut dan aku kecewa. “wajah cantikmu akan luntur jika kau terus membasahinya dengan air matamu.” Ucap Taichi yang sudah berdiri tepat disampingku sambil menggenggam saputangan miliknya. “Hapuslah air matamu itu.” Ucapnya tersenyum padaku. “kita pasti bisa melewatinya bersama-sama”. Tiba-tiba kata-katanya membuatku lebih tegar.

            Sesampainya dirumah aku terus memikirkan sikap orangtuaku yang berubah aneh dari sebelumnya. Lagipula aku juga tidak tahu apa yang terjadi. Aku benar-benar pusing. Tiba-tiba ku dengar pintu rumah terbuka. Aku segera mengeluarkan pisau dapur. “Siapa itu?” teriakku. “ini aku, Inako. Oni-chan baik-baik saja kan?” ternyata adikku. Aku meletakkan pisau dapur ditempatnya. “ya, aku baik-baik saja” sambil melangkah menghampiri inako. Ternyata teman-temanku juga datang bersama inako. “aku melihatmu  pulang dengan murung dan kami mengikutimu, tetapi kamu tidak menjemput adikkmu, jadi kami yang menjemputnya. Maaf sebelumnya ya” jelas Akira. Aku benar-benar lupa bahwa aku harus menjemput inako tadi. “aku yang harusnya minta maaf karena telah merepotkan kalian”. Ucapku. Aku segera menyediakan minuman bagi mereka dan membantu adikku membereskan rumah. “Mia, bisakah kau kesini sebentar?” panggil Kyousuke. “baik, sebentar” ucapku. “ada apa?” tanyaku. “ aku ingin memberimu info tentang kejadian diaula sekolah tadi.” Ucap Taichi. “oh... bukankah aku tidak boleh tau?” ucapku ketus.  “ sebenarnya telah terjadi korban bunuh diri diaula itu. Manami, murid kelas 2 sebelumnya melihat sosok perempuan berdiri digudang antik menatapnya dengan senyuman licik. Dia ketakutan lalu berteriak dan berlari ke aula. Kemudian dia seperti orang gila berteriak-teriak didalam aula lalu mematahkan lehernya sendiri.” Ucap Akira. “APA?!” Aku sungguh terkejut, bahkan adikku langsung memelukku karena mendengar info yang baru saja mereka berikan. “ Pasti ada alasan logis dibalik ini semua”. Ucapku. “ besok aku akan pergi ke TKP” ucapku. “Tidak boleh!!!” ucap Akira dan Taichi bersamaan. “Masih dilarang siswa memasuki area TKP, aku harap kau bersabar.” Ucap Akira. “ Tapi kalau tidak cepat maka buktinya akan cepat lenyap. Atau bisa jadi akan ada korban selanjutnya, maka itu kita harus cepat. Masalah dilarang tidaknya masuk ke TKP biar aku yang urus. Aku minta bantuan kalian, ya” ucapku. “Siap!!!” ucap mereka bersamaan. Keesokan harinya aku bersiap untuk sarapan. Ketika sampai dimeja makan untuk sarapan, kedua orang tuaku yang tadinya sedang berbincang-bincang tentang kasus disekolah kemarin ketika aku datang, mereka seolah-olah berusaha menutupi kasus kemarin. Kekesalanku meluap-luap. Aku langsung pergi kesekolah tanpa sarapan dan tanpa membawa bekalku. Untung saja adikku sudah sarapan, kalau tidak aku akan merasa bersalah. “Nee-chan, apakah kau masih marah kepada mama dan papa?” tanya inako. “Hanya sedikit kesal, kenapa begitu tega kepadaku. Aku hanya ingin membantu” jelasku. Sesampai disekolah aku menemui Akira dan Taichi dan pergi ke TKP kasus kemarin. Benar seperti dugaanku, banyak sekali tim forensik dan polisi yang masih berjaga ditempat olah TKP. Dan yang kemungkinan ayah dan ibuku akan datang juga, oleh karena itu, aku harus mencari info sebelum mereka berdua datang. Aku berpura-pura sebagai orang yang sok tahu, aku bertanya apa sebenarnya terjadi, tetapi mataku menjelajah seluruh tempat kejadian. Tak lama kemudian, aku keluar dari aula dan menuju kelas. Ditangga yang menuju lantai 3 dimana kelasku berada terdapat jendela yang dapat melihat kearah gudang antik. Aku melihat tiba-tiba pintu gudang antik tersebut terbuka padahal tidak ada angin saat itu. Dan alangkah terkejutnya. Didalam gudang itu, didepan pintu gudang itu,  aku melihat sosok wanita muda mengenakan gaun pendek berwana ungu muda dan menatapku dengan matanya yang tajam. Tetapi terlihat wajahnya sangat pucat. Kemudian aku mengedipkan mata, dan wanita itu sudah tidak ada digudang lagi. Aku mulai merasa ada yang mencurigakan. Aku menceritakan hal aneh itu pada Akira, Kyousuke dan Taichi. “Yang benar?” tanya Akira. “wah harusnya tadi kita pergi ke gudang” ucap Kyousuke. “Untuk apa?” tanya Taichi. “Ya untuk menyelediki wanita itu”. Ucap Kyousuke. “Ah jangan macam-macamlah... karena aku merasa ada yang mencurigakan. Wanita itu terlihat familiar dan aku seperti pernah melihatnya sebelumnya di...” ucapanku terhenti begitu juga langkah kakiku. Dan kemudian aku berteriak. “ASTAGAAAA!!!” aku benar-benar syok dan tak bisa berkata apa-apa. “Hei! Kau baik-baik saja kan, Mia?” tanya Akira. Tiba-tiba tubuhku lemas dan jatuh tak sadarkan diri. “Mia!Mia!” ucap Kyousuke dan Taichi yang memangku tubuhku. “Mia! Sadarlah! Apa yang terjadi! Sebenarnya? Mia!” Aku akhirnya dirawat dirumah sakit. Ketika aku sadar ruanganku sepi, tak ada siapa-siapa diruangan itu, hanya ada aku. Tak lama pintu ruangan itu terbuka, dan seorang wanita paruh baya masuk kedalam. “Mia! Syukurlah kau sudah sadar, ayahmu sedang dalam perjalanan menuju kemari.” Ucap ibuku. Aku diam saja tak membalas perkataannya, tak memberi senyuman bahkan mataku tak mau menatap wajahnya. Aku masih kesal akan kejadian beberapa waktu yang lalu. “Ibu bisakah kau keluar, aku sangat pusing, aku tidak ingin diganggu.” Ucapku. Lalu aku memejamkan mataku dan tertidur.

---------------------------------------------------------------------------------
Chapter 3

            Aku terbangun karena silaunya cahaya matahari pagi. Didepan mataku kulihat adikku yang sedang mengiris apel untukku dan sudah mengenakan seragam sekolah. “Inako, apakah kau mau kesekolah?” tanyaku. “ ya, Nee-chan. Aku sudah menyiapkan sarapanmu, segera dimakan ya! Aku akan kembali kemari sepulang sekolah bersama teman-temanmu.” Ucap Inako. “Aku mengerti, Terimakasih banyak, inako-ku sayang” ucapku, setelah mengecup keningnya, Inako pergi kesekolah. Seharian aku hanya melamun. Aku berusaha mengerti apa maksud semua ini. Aku benar-benar tak mengerti apa hubungannya diriku, teman-temanku, ayah dan ibuku dan wanita itu. Dan tiba-tiba saja lamunanku dibuyarkan oleh suara yang muncul tepat ditelingaku. “Halo!!! Ini sudah menjelang sore lho, apa kau masih dialam mimpi?” Tanya pria tinggi dengan earphone yang masih menggangtung dilehernya. “eh? Kau ini siapa?” ucapku terbata-bata. “Wah... apakah kau masih marah padaku?” ucap pria itu. Tetapi aku tetap kebingungan. “Apakah kau lupa pada kakakmu sendiri?” ucap ibuku. “HAHH!!!” aku berteriak cukup keras dan pria itu tertawa terbahak-bahak. “ONII-CHAN??? Jujur aku benar-benar lupa, Kau Taki onii-chan?” Tanyaku. “Hai, Mia! Kau benar-benar kejam yah... hahaha”ucap kakakku. “Jujur aku benar-benar lupa, maafkan aku.” Ucapku. “Ya,Ya,Ya... aku mengerti, aku sudah selesai kuliah diluar negeri dan mulai besok akan bekerja disini. Dan aku mendengar bahwa kau masuk rumah sakit, jadi aku kesini, Ini untukmu makanlah!” ucapnya dengan tersenyum. “Kau akan bekerja dimana?” tanyaku. “Dimanapun yang menghasilkan uang... hihihi...”ejeknya. “Aku serius!!” ketusku. “Baik, baik, Aku akan bekerja sementara sebagai asisten guru disekolahmu sebelum mendapatkan tempat kerja yang lebih bagus. Bagaimana? Apa kau senang? Kau bisa bertemu denganku seharian penuh, lho” ucapnya sambil tertawa. “Mengapa kau memilih tempat kerja disekolahku? Memangnya kau ingin kerja dimana? Lagipula aku kan tidak tahu jurusanmu apa” ucapku ketus. “Nanti kita bicara lagi ya! Aku mau menjemput Inako dari sekolah dulu, oke? Istirahat saja ya! Bye!” setelah mengatakan hal itu dia segera pergi tanpa mendengarkan jawaban sepatah kata pun dariku. “Dasar! Dia itu pria tetapi tingkah lakunya mirip ibu-ibu, banyak bicara dan menyusahkan. Kenapa aku mempunyai saudara kandung seperti dia?” gerutuku dalam hati.

            Keesokan harinya, aku sudah diizinkan pulang. Tetapi, aku tetap harus beristirahat selama 2 hari dirumah tanpa melakukan apa-apa atau berpikir terlalu keras. Dan hal itu terlalu sulit untuk kulakukan. Hatiku yang tidak tenang memaksaku untuk terus berpikir keras dalam menemukan sebuah solusi. “Adikku sayang... jangan melamun lebih baik untukmu tidur. Aku akan membacakan cerita yang dapat membuatmu tidur dengan nyenyak”. Ucapnya sambil meletakkan ponselnya. “Daripada mendengarkanmu bercerita lebih baik aku melamun saja”, ejekku. “Ohh? Jadi begitu? Okkee silahkan kau melamun hingga matamu keluar dan berjalan-jalan ditaman...” ,ucapnya sedikit jengkel. “Oh, jangan marah kak... aku akan tidur tapi ceritakan aku tentang keluarga kita, mau kan?” Bujukku. “Kenapa kau ingin aku bercerita tentang keluarga kita?” Tanya kakakku. “Aku hanya ingin tahu memang tidak boleh?” tanyaku balik. “Baiklah, mau kita mulai dari mana?” Tanya kakakku. “Dimulai dari ayah dan ibu pertama bertemu”, ucapku. “Kau serius?” Tanya kakakku ragu. “Ya!” Ucapku mantap. “Hah... baiklah jadi begini...” kakakku mulai bercerita dengan malasnya karena terlalu jauh. “Bagaimana kau puas sekarang, ayo tidurlah.” Ucap kakakku beranjak dari tempat tidurku. “Tunggu!” cegah kakakku keluar kamar. “Ada yang ingin kutanyakan padamu tentang wa...” Kakakku mematikan lampu kamarku. “Cukup. Kau bisa tanyakan lagi besok. Good night.” Wajah kakakku jelas sekali berubah ketika aku hendak bertanya. Aku merasa ada yang aneh dengan dia. Sama halnya dengan ayah dan ibu.

          Pagi hari yang silau telah datang, seakan memberitahu bahwa aku harus bangun dan bersiap apapun yang akan terjadi. Aku bergegas bersiap. Setelah siap, aku turun hendak sarapan. Dimeja makan sudah ada ibu, ayah, Inako, dan Oni-chan yang menyebalkan. Aku duduk dan menyantap sarapanku tanpa menghiraukan mereka, sampai akhirnya kakakku duduk disebelahku dan bertanya. “bagaimana keadaanmu adikku sayang?” sambil tersenyum dan membuatku merasa menggelikan. “ya sampai saat ini baik... akan lebih baik lagi kalau kau berhenti tersenyum menggelikan seperti itu.” Ucapku ketus. “ooowww kau marah? Ini kah rasa terima kasihmu setelah aku ceritakan dongeng tidur untukmu? Wahhh...wahhh”. sindirnya sambil tersenyum. “benar sekali. Baik aku akan berangkat. Aku pergi”. Aku bergegas pergi ke sekolah. Sesampainya di sekolah, Taichi dan Akira sudah menungguku didepan kelas. “Mia!!! Syukurlah kau sudah masuk, ada korban lagi. Tetapi kali ini korbannya hanya dibuat lupa ingatan dan mengalami trauma berat. Dia bernama Yuginuma Eva dari kelas sebelah”. Ucap Akira. “Akira, harusnya kau biarkan Mia duduk terlebih dahulu, dia pasti lelah”. Ucap Taichi sambil menarik tanganku masuk ke dalam kelas. “Bagaimana dengan kalian? Apa ada masalah dengan kalian? Aku belum bisa ikut campur tangan dalam misteri ini lagi. Karena fisikku masih belum pulih sempurna”. Jelasku. Ketika kami sedang berbincang-bincang, tiba-tiba, “AAARRGGHHH...!!! TOLONGGG...TOLOOONGGG!!!” teriakan yang kencang hingga kami tak bisa bergerak sama sekali sampai suara itu hilang bagai ditelan bumi. “I..it..u... suara Kyousuke!!!” ucap Akira yang disambut ekspresi kejut Aku dan Taichi. Tetapi ketika kami hendak keluar dari kelas untuk mencari tahu, tiba-tiba Pintu kelas terkunci seakan-akan ada yang tidak mengizinkan kami untuk keluar melihat apa yang terjadi. Dan suara desiran angin yang begitu dingin membuat kami terpaku tak bergerak. “Apa yang sebenarnya sedang terjadi?”


BERSAMBUNG.... ➤ CHAPTER 4

Terimakasih para pembaca yang sabar menanti😊💋
Semoga menghibur para pembaca dan apabila ada kritik dan saran silahkan comment dibawah😄
~Terimakasih💘~